Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera,Indonesia. Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km². Provinsi ini dihuni oleh banyak suku bangsa yang tergolong dari Melayu Tua dan Melayu Muda. Penduduk asli provinsi ini terdiri dari Suku Melayu, Suku Batak, Suku Nias, dan Suku Aceh. Daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya didiami oleh Suku Melayu dan Suku Mandailing yang hampir seluruhnya beragama ISLAM. Sementara di daerah pegunungan banyak terdapat Suku Batak yang sebagian besarnya beragama KRISTEN. Selain itu juga ada Suku Nias di kepulauan sebelah barat. Kaum pendatang yang turut menjadi penduduk provinsi ini didominasi oleh Suku Jawa. Suku lainnya adalah Suku Tionghoa dan beberapa minoritas lain.
Sumatera Utara yang kaya dengan budaya adat istiadat dan keindahan alamnya. Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu :
Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional. Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global. Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.
Etnis Simalungun memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya yang tersendiri. Etnis NIAS memiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia. Etnis Sibolga Pesisir ini juga memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga memiliki nilai sejarah yang sangat berharga.
Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang patut untuk diperhitungkan dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat bangsa Indonesia di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
“Banyak sekali orang yang berpendapat bahwa adat istiadat dari orang Sumatera Utara kasar-kasar”. Menurut saya banyak orang yang menganggap orang sumatera kasar-kasar dikarnakan dari tutur bahasa yang agak sedikit keras. Sebenernya bahasa tersebut sudah menjadi tradisi dari orang sumatera, karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan atau tradisi yg telah diturunkan dari generasi ke generasi.dan tidak akan bisa dirubah,karena kebiasaan itu sudah lahir dari jaman nenek moyang kita.
SENI dan BUDAYA yang terdapat di SUMATERA UTARA
1. Musik. Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara - upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.
2. Tarian. seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan. Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhususan.
3. Kerajinan. tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
TEMPAT WISATA DI SUMUT
a. Istana Maimoon ( Istana Sultan Deli ).
warna kuning mendominasi bangunan ini. Jangan hubungkan dengan warna sebuah partai politik. Kuning adalah warna khas Melayu. Di dalamnya terdapat foto-foto keluarga, perabotan, dan senjata-senjata kuno. Inilah Istana Maimun yang merupakan peninggalan Kesultanan Deli.
Istana Maimun terletak di Jalan Brigjen Katamso, Medan. Istana ini didirikan oleh Sultan Kerajaan Deli, Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Pendesainnya adalah seorang arsitek Italia, dan rampung pada tahun 1888. Di atas tanah seluas 2.772 m2 bangunan istana berdiri menghadap timur, dan menjadi pusat kerajaan Deli. Istana ini terdiri dari dua lantai terbagi dalam tiga bagian, yakni bangunan induk, sayap kiri, dan sayap kanan. Di depannya, sekitar 100 meter, berdiri Masjid Al-Maksum yang lebih dikenal dengan nama Masjid Raya Medan. Memasuki ruangan tamu (balairung) Anda akan menjumpai singgasana yang didominasi warna kuning. Lampu-lampu kristal menerangi singgasana, sebuah bentuk adanya pengaruh kebudayaan Eropa. Pengaruh itu juga tampak pada perabotan istana seperti kursi, meja toilet dan lemari hingga pintu dorong menuju balairung. Ruangan seluas 412 m2 ini digunakan untuk acara penobatan Sultan Deli atau acara adat lainnya. Balairung juga dipakai sebagai tempat sultan menerima sembah sujud dari sanak familinya pada hari-hari besar Islam.
Lebih jauh lagi, Anda pasti akan merasa lelah menelusuri kamar-kamar di dalamnya. Jumlah kamarnya ada 40: 20 kamar di lantai atas tempat singgasana Sultan dan 20 kamar di bagian bawah, tidak termasuk 4 kamar mandi, gudang, dapur, dan penjara di lantai bawah.
Menarik jika mengamati disain arsitektur istana ini. Perpaduan antara tradisi Islam dan kebudayaan Eropa amat terlihat. Selain yang terlihat di balairung, dasaran bangunan juga menunjukkan penaruh Eropa. Sebagian material bangunan istana memang didatangkan dari Eropa, seperti ubin, marmer, dan teraso.
Pola arsitektur Belanda dengan pintu serta jendela yang lebar dan tinggi, serta pintu-pintu bergaya Spanyol menjadi bagian dari Istana Maimun. Pengaruh Belanda juga terlihat pada prasasti marmer di depan tangga pualam yang ditulis dengan huruf Latin berbahasa Belanda.
Pengaruh Islam terlihat pada bentuk lengkungan atau arcade pada sejumlah bagian atap istana. Lengkungan yang berbentuk perahu terbalik itu dikenal dengan Lengkungan Persia, banyak dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, dan India.
Istana Maimun merupakan salah satu bangunan terindah di Medan. Lokasinya mudah dijangkau, baik dari Bandara Polonia (sekitar 10 km) maupun Pelabuhan Belawan (sekitar 28 km). Bangunan bersejarah ini terbuka umum setiap hari dari pukul 08.00 sampai 17.00.
b. MESJID RAYA AL-MAKSUM ( Mesjid Kesultanan Deli ).
Masjid Raya ini adalah salah satu peninggalan Sultan Deli di Sumatera Utara setelah Istana Maimoon. Masjid ini masih dipergunakan oleh masyarakat muslim untuk sholat setiap hari. Sebahagian bahan - bahannya yang terbuat dari Itali dipergunakan untuk dekorasi masjid ini.
Masjid ini dikunjungi oleh Wisatawan mancanegara dari berbagai negara di seluruh Dunia. Masjid ini adalah masjid yang terindah dan terbesar di Sumatera Utara. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 oleh Sultan Makmun Al Rasyid. Masjid Raya ini hanya kira-kira 200 meter dari Istana Maimoon.
Mesjid dengan arsitektur yang istimewa diilhami oleh Morrish Style. Selain Masjid Raya Medan ada lagi masjid milik peninggalan kesultanan Deli yang dibangun pada Tahun 1886 yaitu Masjid Labuhan. Mesjid Labuhan adalah salah satu masjid dengan rancangan yang unik bergaya India dengan Kubah segi delapan. Masjid Labuhan terletak di jalan raya Medan Belawan sebelah utara dari pusat kota Medan.
Kubah pada Mesjid Al Ma'sum yang gepeng dan persegi juga pada puncak atap terdapat hiasan bulan sabit yang lazim pula kita temukan pada bangunan-bangunan Islam lainnya seperti Mesjid dan menara yang menurut para ahli sering dihubungkan sebagai lambang kedamaian, dimana Islam disiarkan tanpa kekerasan.
Selain denah, atap kubah, lengkungan-lengkungan (arcade), hiasan bulan sabit pada puncaknya, pengarauh kesenian Islam ini akan lebih nampak lagi pada Ornamentasinya, baik pada dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan (face Arcade) yang kaya dengan hiasan bunga-bunga dan tumbuh-tumbuhan yang berkelok-kelok dengan cat minyak. Hiasan floralistis ini selain digayakan (distilir) mengingatkan pada motif tumpal dan mekara, juga dilukiskan secara Naturalistis kecuali motif flora, motif geometris juga amat menonjol adalah kombinasi antara hiasan Poligonal (bersegi banyak), Oktagonal (segi delapan) dan lingkaran-lingkaran. Motif semacam ini terutama sekali terdapat pada dinding-dinding, permukaan lengkungan, plafon dan sebagainya. Disamping itu motif semacam ini terlihat pula pada bentuk trali besi tingkap-tingkap segi empat maupun yang berbentuklengkungan yang mengingatkan kita pada ukiran dinding gaya India. Di Indonesia hiasan semacam ini sering disebut hiasan Terawangan atau Kerawangan, selain sebagai hiasan, hiasan ini dapat berfungsi sebgai fentilasi atau lobang angin.
c. Bangunan Peninggalan Tjong A Fie
Siapakah Tjong A Fie? Dia adalah Mayor China di Medan, seorang Milioner pertama di Sumatera. Hingga kini namanya terus dikenang di Kota Medan , meski ia sudah meninggal pada tahun 1921.
Pada Tahun 1870 Tjong A Fie dan kakaknya, Tjong Yong Hian meniggalkan desa Moy Hian, Kanton di daratan China untuk merantau ke Tanah Deli sebagai kuli kontrak di perkebunan Tembakau.
Kakak beradik ini sangat jeli melihat peluang bisnis.Pada suatau kesempatan mereka tinggal menetap di ibu kota Labuhan Deli dan membuka kedai dengan nama Ban Yun Tjong. Tjong A Fie tahu betul kebutuhan kuli-kuli China dan perantau lainnya yang baru tiba di Tanah Deli, sehingga dalam waktu singkat saja ia sudah jadi kaya raya. Keberhasilan usahanya semakin bertambah. Sampai saat ini bangunan tua bersejarah yang berada di areal Kesawan adalah merupakan tempat tinggal keluarga Tjong A Fie dan keturunannya yang pertama kali dibangun di kawasan tersebut.
d. PANTAI CERMIN HAWA
panas dan kebun kelapa sawit. Dua hal itulah yang pertama kali dirasakan saat memasuki wilayah Serdang Bedagai. Pantai Cermin, kira-kira 55 km dari Medan, sepanjang perjalanan Medan-Sei Rampah, pemandangan tidak pernah berubah, hamparan kebun kelapa sawit yang masih muda ataupun yang sudah menghasilkan. Sesekali, diselingi oleh sawah yang di tengahnya terdapat lintasan rel kereta api.
Dari dulu, wilayah yang berbatasan dengan Selat Malaka ini dikenal sebagai daerah perkebunan. Berbeda dengan kabupaten induknya, Deli Serdang, yang lebih dikenal dengan perkebunan tembakau, Serdang Bedagai hanya mewarisi perkebunan kelapa sawit, karet, kakao dan sedikit tembakau. Selain itu, daerah ini juga mendapat sebagian wilayah dataran rendah Deli Serdang di sebelah timur.
Perikanan, pertanian tanaman pangan, industri, dan perdagangan sedikit banyak mulai berkembang sebelum Serdang Bedagai memisahkan diri. Wilayah yang dilewati jalan trans- Sumatera, mengelilingi Kota Tebing Tinggi, dan berbatasan dengan Selat Malaka merupakan keuntungan tersendiri untuk modal awal pembangunan sebuah kabupaten baru.
Perikanan, pertanian tanaman pangan, industri, dan perdagangan sedikit banyak mulai berkembang sebelum Serdang Bedagai memisahkan diri. Wilayah yang dilewati jalan trans- Sumatera, mengelilingi Kota Tebing Tinggi, dan berbatasan dengan Selat Malaka merupakan keuntungan tersendiri untuk modal awal pembangunan sebuah kabupaten baru.
Tanaman palawija dan hortikultura juga tumbuh subur. Bahkan luas lahan kering 44.121 hektar melebihi areal sawah. Ubi kayu merupakan unggulan palawija dengan produksi terbesar 272.173 ton. Pisang barangan menjadi unggulan tanaman hortikultura yang didominasi buah-buahan, 14.388 ton. Produksi palawija dan hortikultura diolah di Serdang Bedagai. Industri kecil dan rumah tangga mengolah menjadi makanan kecil keripik ubi jalar, keripik nangka, keripik sanjai khas Sumatera Barat, dan emping melinjo. Industri kecil yang sebagian besar berlokasi di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan ini cukup berkembang. Perikanan merupakan harta karun yang belum maksimal dikembangkan. Didukung oleh garis pantai 98 kilometer dan melewati lima kecamatan. Produksi perikanan darat 10.027 ton tidak sebesar perikanan laut. Namun, budidaya air tawar ini patut dikembangkan lebih lanjut. Ikan lele dan nila gip merupakan ikan yang banyak dipelihara, di Kecamatan Pantai Cermin ini juga melakukan pembibitan ikan nila.
Pantai Cermin yang berada di tepi Selat Malaka dengan pemandangannya yang indah ini kita dapat mandi-mandi serta memancing.
Pantai Cermin yang berada di tepi Selat Malaka dengan pemandangannya yang indah ini kita dapat mandi-mandi serta memancing.
e. BUKIT LAWANG
Kekayaan alam Sumatera Utara tak akan pernah habis habisnya jika kita mau mengunjunginya, Jika kita melihat dan berjalan jalan keluar daerah kota Medan, seperti daerah Bahorok terdapat tempat untuk berekreasi yakni Bukit Lawang kita bisa menyaksikan berbagai tempat memukau yang tak akan pernah kita lupakan selama hidup kita. Jika kita menuju ke Bukit Lawang, kita bisa menyaksikan orang utan makan atau orang sering menyebutnya Nonton Orang Utan Sarapan . Jarak Medan - Bukit Lawang kira-kira 88 km. Butuh waktu sekitar dua jam jika ditempuh dengan kendaraan pribadi.
Kekayaan alam Sumatera Utara tak akan pernah habis habisnya jika kita mau mengunjunginya, Jika kita melihat dan berjalan jalan keluar daerah kota Medan, seperti daerah Bahorok terdapat tempat untuk berekreasi yakni Bukit Lawang kita bisa menyaksikan berbagai tempat memukau yang tak akan pernah kita lupakan selama hidup kita. Jika kita menuju ke Bukit Lawang, kita bisa menyaksikan orang utan makan atau orang sering menyebutnya Nonton Orang Utan Sarapan. Jarak Medan - Bukit Lawang kira-kira 88 km. Butuh waktu sekitar dua jam jika ditempuh dengan kendaraan pribadi
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik sebesar 100km x 30km di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengahnya terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara
Terlepas asal-usulnya, Samosir memang menduduki posisi geografis yang sentral di kawasan dataran tinggi Toba. Letaknya persis di jantung tanah Batak. Dengan lahirnya Kabupaten Toba Samosir (penduduk 302.000 jiwa, luas wilayah termasuk danau 3.440 km²), kelak ia terangkat dari sekedar bayangan. Apa lagi, luasnya melebihi Singapura (647 km²), bahkan danaunya hampir dua kali lebih besar dari negara tetangga itu. Citra Samosir dalam buku-buku pariwisata sebagai tujuan backpackers harus dibuang karena tempat bersejarah ini perlu memulihkan kebesaran masa lalunya.
Anda juga bisa mengunjungi Tuk Tuk untuk mencari penginapan. Sepanjang 42 km dari pangururan ke Tuk Tuk, satu jam dengan mobil. Diperkirakan terdapat 50 penginapan dalam berbagai ukuran dan kelas di Tuk Tuk. Ada beberapa hotel berukuran besar disini. Dari segi positif, pariwisata jelas menunjang bisnis setempat. Sebaliknya, pembangunan fisik praktis mengabaikan prinsip-prinsip bisnis dan tata-kota ketika para pengusaha mengebu-gebu membangun hotel, wisma tamu, dll, bagai sedang “memburu emas”.
Memasuki Tuk Tuk seperti mendatangi Legian atau Sanur Bali pada tahap awalnya. Terdapat sejumlah toko memajang pakaian warna-warni dan benda-benda seni, berikutnya kafe, disko dan tentu sederetan hotel-hotel. Kala malam menjelang, banyak turis bersukacita mengelilingi api unggun sambil memainkan alat musik dan lagu khas Batak.
Anjungan Sumatera Utara menampilkan enam buah rumah adat, rumah bolon Batak Simalungun, jabu bolon Batak Toba, siwaluh jabu Batak Karo, rumah Batak Pak-Pak Dairi, Nias, dan rumah Melayu.
Pintu anjungan berwujud gapura bertuliskan horas mejuha juha (selamat datang). Ragam hias rumah bolon antara lain sulempat, disebut Sambahou, hiasan kambing berlaga (hambing marsimbat), keyong motif segitiga, cecak, ipon-ipon, dan bidu matogu. Rumah adat Batak Karo, siwaluh jabu, beratap tiga tingkat dengan bentuk segitiga, melambangkan tali pengikat tiga kelompok kerabat (rukuh atau singkep sitelu). Rumah adat Nias, daripada aslinya. Bentuk rumah ini mengandung harapan: jika ada banjir, rumah dapat berfungsi sebagai perahu. Rumah adat Melayu diwakili rumah pesanggrahan dengan serambi depan berfungsi sebagai panggung pertunjukkan aneka seni Batak dan Melayu. Rumah-rumah adat Batak di anjungan ini berfungsi sebagai ruang peragaan berbagai aspek sejarah, tata kehidupan, dan benda-benda budaya, seperti pakaian adat, pelaminan, senjata tradisional, alat musik tradisional, dan ulos.
Anjungan ini pernah dikunjungi tamu-tamu negara sahabat, antara lain Emir Kuwait Sheikh Jaber Al Ahmad Al Sabah (1980) dan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev beserta istri (1995).
Rumah adat besar yang nampak dominan adalah rumah adat Batak Toba, yang dihias dengan ukiran-ukiran besar dengan warna tradisional yang khas, yaitu merah, putih dan hitam. Sepasang Gajah Dompak pada bagian kiri dan kanan bangunan konon berfungsi sebagai penolak bala. Pada masing-masing jendela tertulis segi-segi kehidupan masyarakat tradisional Sumatera Utara pada umumnya. Dua ruangan dalam bangunan ini dipergunakan sebagai tempat yang memperkenalkan berbagai aspek budaya masyarakat Sumatera Utara, sementara lantai atas juga berfungsi sebagai tempat pertunjukan dengan tempat duduk terbatas, sedangkan lantai bawah memamerkan sederetan diorama tentang sejarah, tata kehidupan, adat-istiadat, dan juga gambaran perjuangan pahlawan Si Singamangaraja XII.
Rumah ada Nias terletak diantara rumah adat batak Karo dan Batak Toba. Rumah mungil ini nampak khas dengan bentuk seperti perahu dan tampak langsing dengan topangan tiang-tiang penyangga. Bentuk rumah ini terdapat di Nias selatan, dimana dibagian depan rumah terdapat setumpuk batu setinggi pagar yang sesekali digunakan sebagai perlengkapan “lompat batu”, olah raga tradisional khas nias yg sering ditampilkan bersama atraksi “Prajurit Nias”
Bagian paling barat adalah Rumah Adat batak Karo (Si Waluh Jabu) yang atapnya bertingkat tiga dan berbentuk segitiga. Konon, pembagian serba tiga ini melambangkan adanya ikatan ”sangkap sitelu” yaitu ikatan tiga kelompok keluarga yang terdiri dari Kalimbutu, Senina dan Sembunyak, sebagaimana pengertian “dalihan na tolu” (tungku nan tiga) pada masyarakat Batak Toba dan Tapanuli Selatan. Di rumah ini terdapat hiasan Cicak yang konon merupakan hiasan penolak bala. Hal menarik lainnya ada pada hiasan di puncak atapnya yang berbentuk segitiga-segitiga. Pada setiap puncak segitiganya terpancang kepala Kerbau yang dalam kepercayaan tradisional dianggap sebagai lambing kesejahteraan bagi keluarga yang menghuninya.
Rumah adat Batak Karo di Anjungan ini berisi tentang berbagai aspek budaya seperti benda-benda kerajinan, disamping foto-foto tentang berbagai objek wisata dan segi-segi kehidupan masyarakatnya. Pada tempat ini dapat disaksikan berbagai kain “Ulos”, kain tenunan tradisional yang berarti selimut ini oleh masyarakat dianggap memiliki nilai sacral, dimana pemakainya dapat terbebas dari gangguan roh-roh jahat. Karena itu, Ulos dianggap sebagai sarana keselamatan, hingga pemberiannya kepada orang lain harus dilaksanakan dengan upacara khusus.
Masyarakat Sumatera Utara terkenal ulet dan gigih. Banyak diantara mereka menjadi perantau dan mampu bekerja keras dalam berbagai bidang. Namun mereka tak melupakan budaya daerahnya. Karena itulah, di hari Minggu atau hari libur sering diadakan acara seperti festival lagu batak, lomba Tari Melayu, atraksi Lompat batu, dan beberapa peragaan upacara adat seperti “Upacara menyambut laut” dan Manglahat Horbo serta pertunjukan si Gale-gale, patung kayu yang dapat " menari".
BAJU ADAT SUMATERA UTARA / PAKAIAN ADAT SUMATERA UTARA Pakaian tradisional Sumatera Utara biasa disebut dengan Ulos. Pakaian adat Ulos dianggap oleh masyarakat suku Batak Karo sebagai ajimat yang mempunyai daya magis tertentu
Piso Surit adalah salah satu lagu berbahasa Karo. Ini adalah salah satu lagu yang sebenernya harusnya hampir semua orang Karo tau. Beberapa orang di luar Karo salah kaprah dengan mengira lagu ini adalah lagu tradisional Aceh. Beberapa juga mengira Piso Surit adalah senjata tradisional dari suku Karo. Piso Surit adalah nama sejenis burung yang sering terdengar bernyanyi di sekitar sawah. Kicauannya konon terdengar sendu dan memanggil-manggil, “Piso surit.. piso surit…“ Lagu ini beserta tarian yang mengiringinya mengisahkan tentang seorang gadis yang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian ini sangat lama dan menyedihkan sehingga sering digambarkan dengan burung Piso Surit yang sedang memanggil-manggil.
0 komentar:
Posting Komentar